Borlang adalah nenek penjual buah yang sudah lama dipajak sore. Mengenai asal-usul nenek dari sebuah kampung yang Bahasa Indonesia tak pernah sampai kesana. Nenek terjun ke propesi penjual buah karena kebutuhan susah nya mata pencaharian dikampungnya.
Pemeran 2 : Trenggono /Orang Jawa
Trenggono adalah orang jawa asli yang bahasa masih medok, bahasa jawanya masih kental
Suatu ketika lagi rame-ramenya pengunjung adalah seorang pembeli yang kebetulan orang jawa, kita sebutkan saja namanya trenggono. Trenggono lihat-lihat buah, pilih-pilih buah mana yang dia ingin beli. Kebetulan Trenggono melihat pepaya dan dia sangat tertarik dan ingin berniat ingin membeli nya.
Beginilah proses saat ingin membeli pepaya :
Trenggono : nek...oh nek...piro siji kates e? tangan trenggono sambil memegang pepayanya
Borlang : aha nimmu (apa katamu) ? sambil agak emosi
Trenggono : iki lo...aku arep tekon , piro siji kates e? (ini lo, aku mau nanya , berapa satu pepaya nya ?)
Borlang : oh....aha nimmu ...dok jo sahali nai, asa hutallik ho ? ( apa kau bilang ? biar kubacok kau ) sambil emosi
Trenggono : Terkejut...lo...nopo to mbah...?
Borlang : Naso dibereng matam do, bereng ma...didok ho pir dope? ( nenek marah sambil menusukkan jari nya ke pepaya itu, ingin menunjukkan bahwa pepaya sudah masak.
Akhirnya orang jawa tersebut tidak jadi membeli pepaya itu, karena salah pengertian si nenek Borlang.
Nb : Pir dalam bahasa batak artinya Keras, belum matang